Wednesday 18 February 2015

Pilih mana : Bertahan atau Move On ?.

budi kecil

Mau pilih mempertahankan hubungan atau beralih ?. Orang yang berpikir ideal tentu akan memilih mempertahankan hbungan.  Apalagi, konsep perkawinan bagi kebanyakan orang adalah hal yang sacral. Bahkan, tak sedikit yang memandang lembaga perkawinan adalah sebuah kebanggaan.
Lembaga perkawinan adalah symbol harga diri. Jadi, mempertahankan status perkawinan adalah mempertahankan harga diri, he he.

Kalau mau jujur, banyak orang yang  sedang merasa terjebak dalam sebuah ikatan perkawinan. Mau cerai, kasihan anak-anak. Atau, khawatir dengan biaya hidup karena secara keuangan sangat tergantung pasangan. Tak sedikit juga yang berpikir bercerai adalah melanggar norma.

Tak sedikit juga orang yang merasa menyesal karena setelah menikah ternyata pasangan ternyata bukan orang yang sesuai harapan. Ekstrimnya, ada yang sampai “menggugat” Tuhan karena meakdirkan berjodoh dengan orang yang dianggap tidak baik.  Kata Allah,  perempuan baik itu untuk lelaki baik. Kata Allah juga, perempuan keji  adalah untuk lelaki keji. Tetapi, kok saya orang baik berjodoh dengan orang keji ya?.

Jika sedang terjebak dalam pikiran “’menggugat’’ takdir  Samg PEncipta seperti diatas, sebaiknya segera istighfar. Bukan apa-apa,  ukuran baik dan tidak baik bukan berdasarkan sudut pandang sendiri. Baik menurut kita kan belum tentu baik menurut Allah Samg Peguasa makhluk.  Jangan-jangan, baik menurut kita  adalah keji menurt Allah ?.

Baik, teman-teman yang sedang berpikir bertahan atau move on!. Ada baiknya kita mencari tahu kenapa Allah Sang Penguasa makhluk  mendesain perkawinan.  Ternyata,  perkawinan itu didesain Sang Maha Pencipta  dengan tujuan untuk menentramkan. Tak percaya ?. Coba saja Tanya ustadz atau guru ngaji. Jangan Tanya kyai, sebab dalam budaya jawa, kebo pun bisa mendapat gelar kyai, he he.

Lalu, kenapa banyak orang yang tak mendapatkan ketentraman dalam perkawinan ?. Tak ada salahnya mengevaluasi diri. Mungkin, diantara keduanya tak ada zona toleransi yang disepakati. Atau, mungkin saja kita salah memilih pasangan. Tetapi, apapun itu hanya akan berguna bila ada kesediaan untuk  merubah diri.

Sebenarnya, yang lebih penting  bukanlah kenapa sebuah perkawinan tak memberikan ketentraman. Yang lebih penting adalah bagaimana secara bersama pasangan itu meraih ketentraman.

Kalau sudah  berpikir demikian, cobalah ‘’lihat’’ hati kita. Ketentraman itu soal hati. Bila hati penuh  dengan ketulusan dan kebugaran, ketentraman itu otomatis  telah jadi miik kita. Bahkan,  energy ketentraman yang tumbuh dari kebugaran hati akan menular. Ia  seperti aura yang juga menentramkan bagi orang diseklilingnya.

Susah ?. Tentu saja amat susah. Kalau gampang kan dunia akan penuh dengan orang baik.  Kalau dunia penuh dengan orang baik, di neraka setan bakal tak ada temannya. Betul kan ?.
Betul ataupun tidak, kita anggap saja bukan persoalan. Atau, bukan persoalan yang cocok untuk dibicarakan dalam tulisan ini.  Fokusnya kali ini adalah milih move on atau bertahan ?.

Karena itu, pertanyaan susulannya adalah apakah ada masih ada rasa tentram  dalam ikatan perkawinan yang sedang dijalani ?. Apakah telah optimum meraih ketentraman bersama pasangan ?.  Kalau  sudah tak ada rasa tentram,  kalau upaya meraih rasa tentram sudah optimum tapi tak berhasil bagaimana ?. Ya sudahlah,’’ move on’’ saja. Toh, perceraian adalah halal meski tak disukai Allah.

0 komentar :

Post a Comment